Thopaz Nugraha Syamsul Anggota DPRD DKI Jakarta Hadir Dalam HaulAlmaghfurlah Abuya KH.Ahmad Zayadi Muhajir Yang Ke 29

Jppos.id || Jakarta-Anggota DPRD DKI Jakarta F-Gerindra Thopaz Nuhgraha Syamsul yang juga Wakil Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta bersama Team Thopaz Center turut hadir dalam acara Haul Almaghfurlah Abuya KH.Ahmad Zayadi Muhajir yang ke 29 Ulama Krasmatik dan Pendiri Pondok Pesantren Az Ziyadah yang dilaksanakan di Mesjid Jami Al Husna Pondok Pesantren Az-Ziyadah,Jl.Madrasah No.1 Kp.Tanah 80 Klender Duren Sawit,Jakarta Timur,Kamis,(04/05/2023).

KH. Ahmad Zayadi Muhajir, ulama Betawi yang terkenal santun dan tawadhuini, lahir pada tanggal 23 Desember 1918 di Kampung Tanah 80 Klender, Jakarta Timur dari pasangan H. Muhajir bin Ahmad Gojek bin Dato KH. Muhammad Sholeh bin Tinggal bin Syafiuddin dan Umi Anisah yang merupakan orang asli Betawi. Kakek buyutnya, KH. Muhammad Sholeh yang dikenal dengan nama Muallim Ale adalah seorang ulama Banten yang hijrah serta menetap di Kampung Tanah 80.

Ia mengaji kepada KH. Muhammad Thohir Cipinang Muara dan KH. R. Mustaqiem Rawa Bening Jatinegara. Guru-gurunya yang lain adalah Umi Anisah dan Guru Hasan dari Kampung Tanah 80, Guru Karnain Pondok Bambu, Guru Marzuqi Cipinang Muara, Habib Ali Husein Al-Attas (Habib Ali Bungur), dan Habib Ali Abdurrahman Al-Habsiy (Habib Ali Kwitang) .

Atas dorongan guru-gurunya, pada usia yang masih sangat muda, 15 tahun, ia mendirikan Pondok Pesantren Az-Ziyadah. Pada tahun 1938, ketika ia berusia 20 tahun dan masih mengaji di Kampung Bulak Cipinang Muara, ia dinikahkan dengan Hj. Asmanih, putri H. Kirom, oleh gurunya, KH, Muhammad Thohir. Pada tahun 1948, untuk pertama kalinya, ia bersama KH. Achmad Mursyidi, KH. Hasbiyallah, dan Hj. Asmanih serta tujuh orang yang masih memiliki hubungan keluarga, bersama-sama melaksanakan ibadah haji.
Meski telah menikah, ia masih terus mengaji di Cipinang Muara.

Selama berkeluarga dengan Hj, Asmanih, ia tidak diberikan keturunan sampai istrinya meninggal pada hari Sabtu, 22 November 1986 pada usia pernikahan yang ke-48 tahun.
Setelah istrinya meninggal, ia kemudian menikah dengan Siti Fatimah, putri KH. Hasbiyallah Klender, teman sekampung dan sepengajiannya di Rawa Bangke dan Cipinang Muara. dalam usianya yang ke-68 tahun sedangkan istrinya berusia 17 tahun. Dari istrinya ini, ia dikaruniai empat orang putra, yaitu Muhajir, Sholahuddin, Ali Ridho, dan Imam Husnul Maab.

Pada awalnya, Pondok Pesantren Az-Ziyadah hanya terdiri atas sebuah masjid sederhana peninggalan dari buyutnya, Dato KH. Muhammad Sholeh. Saat itu santrinya hanya 15 orang yang berasal dari masyarakat sekitar Kampung Tanah 80 Klender. Dua tahun kemudian, ia bersama masyarakat sekitar secara bergotong-royong membangun tempat pengajian dan pondokan yang selanjutnya pada tahun 1948, ia kembali membangun asarama para santri yang berbentuk permanen. Pembangunan terus berlanjut dari tahun 1970. Pendidikan formal yang dibuka pertama kali pada tahun 1972 adalah Madrasah Az-Ziyadah dari tahapan Ibtidaiyah, Tsanawiyah, sampai Aliyah. Kemudian menyusul pembukaan Sekolah Tinggi Agama Islam Az-Ziyadah pada tahun 1990.

Almaghfurlah Abuya KH.Ahmad Zayadi Muhajir wafat pada hari Ahad, 14 Syawal 1414 H bertepatan dengan tanggal; Tanggal 27 Maret 1994, pada usia 76 tahun di Musholla Uswatun Hasanah yang terletak di kaki Gunung Jati, Cirebon ketika sedang melaksanakan shalat JamaTaqdim sekitar jam 13.30 WIB. Ia berangkat ke Gunung Jati dalam rangka kegiatan Ziarah Wali Songo yang diadakan rutin setiap tahun sejak tahun 1974. Sebelum shalat, ia sempat berkata kepada orang-orang yang akan melaksanakan shalat Jama Taqdim, ”Saya tidak bisa mengikuti shalatnya kalian, dan kalian tidak dapat mengikuti shalatnya saya.”

Dalam haul tersebut juga diisi dengan Tausyiah oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan adalah da’i, ulama, dan pimpinan Yayasan Al Fachriyah, Tangerang, Banten. Dia adalah cucu dari Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, seorang pejuang dakwah di Betawi pada tahun 1906-1969 yang berjuluk “Singa Podium”.

Thopaz Nuhgraha Syamsul Politikus Gerinda yang juga Anggota DPRD DKI Jakarta tersebut menyampaikan statmenya.

“Ya ini kegiatan wajib saya rasa untuk umat islam di sekitaran Duren Sawit Jakarta Timur karena Alim Ulama yang patut di contoh ilmu ilmunya banyak diturunkan kebetulan Anak Beliau Guru saya kebangganlah kita bisa hadir disini.” ujarnya.

KH.Muhajir Zayadi Anak dari Almaghfurlah Abuya KH.Ahmad Zayadi Muhajir menyampaikan.

“Alhamdulillah terima kasih Bang Thopaz,saya senang hadir di Pondok Pesantren Az-ziyadah,Ahlan Wa Sahlan,Ahlan Biqum,semoga segala hajat dan keinginan,cita citanya di ijabah Allah Subhana Wataala bisa melanjutkan program program yang akan datang di 2024,kita doakan dan dukung semua program program nya dan kebijakan Beliau,terima kasih dari saya,saya mensuport dan mendukung dan mempublikasikan buat bang Thopaz.” pungkasnya.

(Snr5 ERFAN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *