Jppos ID Bengkulu Apoteker mempunyai peran penting dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam sistem membangun kesehatan nasional.
Sebagai tenaga profesional, apoteker dipandang perlu hadir di tengah-tengah masyarakat, bukan hanya sekedar memberikan resep, namun juga memberikan edukasi dan melakukan upaya preventif.
Selain itu, apoteker juga mempunyai peran dalam menjamin ketersediaan obat yang bermutu dan jumlah stok obat yang harus di siapkan berdasarkan penyakit yang dominan di suatu daerah.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah saat menghadiri Pelantikan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI) Provinsi Bengkulu masa bakti 2022-2026.
Sekaligus membuka Rakerda dan talkshow Kefarmasian, di Gedung Balai Raya Semarak Bengkulu, Sabtu (4/3). “Saya harap kinerja Apoteker Bengkulu semakin baik ke depan.
Saya juga dapat laporan dari Rumah Sakit, 5 sampai 6 miliar kadang kadang obat kadaluarsa yang tidak termanfaatkan,” ungkapnya.
Menurut Gubernur Rohidin, seharusnya jika apoteker betul betul difungsikan dan bersinergi dengan Rumah Sakit (RS) dan Fasilitas Kesehatan (Faskes) lainnya, tidak akan ada stok obat yang kadaluarsa dan merugikan dalam rangka efisiensi anggaran.
Sementara itu, Sekjen Pengurus Pusat IAI Lilik Yusuf Indrajaya mengatakan, saat ini apoteker di Indonesia sudah mencapai 100 ribu orang dan pertahun bertambah hingga 6.000 apoteker.
Dengan adanya pertambahan apoteker yang cukup banyak, Lilik berharap setiap sarana kefarmasian termasuk puskesmas bisa memiliki apoteker.
Sehingga PR yang disebut Gubernur Rohidin bisa selesai. “Jadi apoteker siap berkontribusi ke seluruh daerah termasuk di Provinsi Bengkulu.
Tinggal bagaimana pemerintah bisa menyerap teman-teman apoteker, sehingga bisa ada di seluruh lapisan fasilitas kesehatan,” tutur LilikDi kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Daerah IAI Provinsi Bengkulu Yenni Fitrhiani mengatakan, selain meningkatkan kompetensi para apoteker, IAI juga konsen terhadap edukasi kepada masyakat agar mempunyai pola hidup sehat.
Dijelaskan Yenni, selama ini apoteker di apotik dan puskesmas sudah ikut turun memberikan penyuluhan bergabung bersama profesi kesehatan lainnya. Di Provinsi Bengkulu lanjut Yenni, terdapat 700 apoteker.
Dimana 500 orang diantaranya berada di Kota Bengkulu dan sisanya tersebar di 9 kabupaten. Angka tersebut dalam 4 tahun dapat meningkat dua kali lipat.
Meski pertambahannya cukup tinggi, namun kata Yenni daya tampung ke faskes yang masih kurang. “Tugas kami berikutnya yang cukup urgen adalah berkoordinasi dengan pimpinan di daerah, bagaimana bupati dan walikota untuk menempatkan apoteker di puskesmas, karena masih banyak kita temukan puskesmas yang belum ada apotekernya”, tutup Yenni.
Hasibuan