MAKASSAR-Jppos.Id-seorang jurnalis diharapkan dapat terus menjaga integritas dan profesionalisme serta lebih hati–hati dan teliti dalam memproduksi informasi.Informasinya harus benar dan sesuai fakta dan kondisi di lapangan.
Sangat diperlukan seorang jurnalis media memegang kode etik, menjaga integritas dan profesionalitasnya. Lakukan konfirmasi sebelum suatu informasi berita ditayangkan agar informasi yang disampaikan adalah informasi yang produktif.
Disinformasi adalah suatu informasi yang diproduksi sebagai rekayasa atau sesuatu yang dibuat oleh oknum,seolah –olah peristiwa tersebut terjadi. Sementara itu misinformasi merupakan sebuah peristiwa yang didapatkan dari sumber – sumber yang tidak benar.
Agar opini masyarakat tidak salah persepsi pada sebuah pemberitaan, maka kata kuncinya perlu kejujuran bagi setiap jurnalis dalam menyajikan berita.
Sumber: diolah dari berbagai sumber
*Menyayat Hati: Risal Noma dan Nama Baik yang Tercoreng oleh Berita Tanpa Konfirmasi*
Dalam dunia yang semakin terkoneksi, berita palsu dan tanpa konfirmasi seringkali menyebar lebih cepat dari kebenaran itu sendiri.Risal Noma, Ketua LSM LEMKIRA, kini menjadi korban dari praktik tidak bertanggung jawab ini. Tuduhan mengenai pembagian proyek oleh Kabid SMA Disdik Sulsel yang beredar luas di berbagai media online telah mencoreng nama baiknya, merusak reputasinya yang telah dibangun dengan susah payah selama bertahun-tahun.
Percakapan di grup WhatsApp pendidikan “Forum Peduli Pendidikan” pada Sabtu (27/7/24) menjadi sumber malapetaka ini. Apa yang seharusnya menjadi diskusi internal berubah menjadi bahan berita tanpa verifikasi.”Kami sangat menyesalkan tindakan ini,”ujar Risal dengan nada penuh kesedihan.”Ini adalah pelanggaran serius terhadap etika jurnalistik.
Media yang menyebarkan berita tanpa konfirmasi terlebih dahulu telah menyebarkan kebohongan yang merugikan banyak pihak.”
Risal Noma mengungkapkan bahwa penyebaran informasi ini bukan hanya melukai dirinya secara pribadi, tetapi juga merusak hubungan baik yang telah terjalin dengan Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan (Disdik Sulsel). “Ada kesan kuat bahwa ada oknum tertentu yang dengan sengaja ingin menghancurkan saya dan merusak hubungan profesional saya dengan Disdik Sulsel. Berita ini sangat merugikan,baik secara pribadi maupun kelembagaan,”ungkapnya dengan hati yang terluka.
Di balik kekesalannya, ada rasa prihatin mendalam terhadap tindakan oknum-oknum yang menyebarkan berita tanpa mengonfirmasi kebenarannya. “Kami tidak bertanggung jawab atas meluasnya berita palsu tersebut dan sangat menyesalkan bahwa media yang bersangkutan tidak melakukan langkah verifikasi yang benar. Ini adalah pelanggaran serius yang harus dipertanggungjawabkan,” tambahnya dengan nada penuh penyesalan.
Dengan segala kerendahan hati, Risal menyampaikan permintaan maaf kepada pihak-pihak yang dirugikan oleh pemberitaan ini.
“Kami meminta maaf kepada Disdik Sulsel dan semua rekan kami yang telah terlibat dalam hubungan kerja yang baik selama ini.
Berita ini tidak hanya mencoreng nama baik saya,tetapi juga mencederai hubungan yang telah kami bangun dengan susah payah,”lanjutnya dengan hati yang berat.
Risal dengan tegas mendesak media yang telah menayangkan berita tersebut untuk segera menghapusnya guna memulihkan nama baiknya dan menghindari kesalahpahaman lebih lanjut.”Kami menuntut agar media tersebut segera mendelete berita tersebut dan melakukan klarifikasi yang benar. Langkah ini penting untuk memulihkan nama baik saya dan mencegah penyebaran informasi yang menyesatkan,”tegasnya lagi.
Pemberitaan ini, yang menjadi viral setelah proyek tersebut disinggung dalam percakapan di grup WhatsApp Forum Peduli Pendidikan, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak tentang pentingnya verifikasi dan tanggung jawab dalam menyebarkan informasi.
(Jurnal Polisi Sul-Sel)