JPPOS.ID,Jakarta_Biden adalah figur orang yang rendah hati, dibesarkan dalam tradisi Katolik, sarat dengan terpaan badai kehidupan, tak mudah patah semangat. Betapa tidak?
Lahir di Scranton, PA pada 20 November 1942 sebagai anak tertua dari empat bersaudara. Pasangan Joseph Sr (ayah) dan Jean (ibu) mendidik ke empat anak dalam tradisi Katolik ketat. Mereka mengirimkan anak-anaknya di sekolah Katolik yang diasuh para suster biarawati. Hingga kini pun, Joe selalu mengantungi rosario dan mendaraskannya hampir setiap hari. Joe sering mengunjungi gereja di dekat White House untuk berdoa memohon penerangan, sebelum mengambil keputusan penting.
Imannya yang teguh inilah yang membuatnya tegar dan tetap berpengharapan dalam menghadapi terpaan badai kehidupan yang datang silih berganti.
1972: Joe tak menyangka menang pemilihan senator Delaware pada usia termuda (30 tahun). Sesaat sebelum pelantikan, berita duka datang di luar dugaan. Keluarganya mengalami kecelakaan lalu lintas yang parah. Nelia (istri) dan Naomi ( bayi bungsunya) tewas. Sedangkan 2 putranya: Beau (4 thn) dan Hunter (2) luka parah dan perlu dirawat di rumah sakit.
Awalnya Biden ingin membatalkan niatnya untuk menjadi senator dan hendak konsentrasi mengasuh kedua anaknya yang masih kecil. Atas bujukan seniornya, dia akhirnya menerima pelantikan dan lalu ambil curi panjang 6 bulan dengan alasan keluarga.
1977: menikah untuk kedua kalinya dengan Jill, guru sekolah menengah. Dari perkawinan dengan Jill, lahir Ashley pada tahun 1981.
Selanjutnya, Biden menghabiskan kariernya sebagai senator mewakili Negara Bagian Delaware, setelah menang pemilihan 1978, 1984 dan 1990.
Tiga kali gagal dalam pemilihan presiden pada tahun 1984, 1988 dan 2008.
Di luar dugaan Biden diminta mantan saingannya (Barrack Obama) untuk menjadi wakil presiden baginya.
Sesungguhnya, Barrack tidak begitu mengenal baik Joe pada awalnya. Memang keduanya sama-sama senator tapi Barrack masih senator ingusan sedang Joe lebih senior.
Sekalipun demikian, Barrack menyadari bahwa Joe adalah pasangan yang tepat untuk mewakili generasi yang lebih tua darinya dan punya potensi bisa diterima baik di kalangan orang putih dan hitam.
Pada awalnya Biden menolak. Ibunya menasihati: “Joe, kamu bercita-cita Amerika bisa mendapatkan presiden dari orang hitam. Kini cita-citamu sudah menjadi realita. Tapi aneh bila kamu menolak tawaran orang yang kamu cita-citakan sendiri.”
Akhirnya, Biden mendampingi Obama sebagai wakil presiden selama dua kali pemerintahan dari 2008-2016.
Biden ditugasi untuk mengembalikan ekonomi Amerika yang terpuruk akibat krisis ekonomi tahun 2008. Industri mobil Ford, GM dan Chrysler yang runtuh dibantu (bail out) hingga bangkit kembali.
Relasi antara Barrack dan Joe terus terjalin dalam perjalanan waktu. Mereka menjadwalkan makan siang berdua seminggu sekali. Barrack mengaku bahwa Joe telah membuat dirinya menjadi presiden yang baik. Dialah orang yang dimintai nasihat. Joe adalah orang terakhir yang meninggalkan White House karena diskusi panjang dengan Barrack tentang banyak hal.
Memang hidup itu penuh misteri yang tak sepenuhnya bisa kita pahami. Ibarat: untung tak dapat diraih dan malang tak dapat ditolak.
Sekali lagi Biden dihantam oleh tragedi keluarga, khususnya menyangkut Beau, putra sulung kebanggaannya. Beau, pengacara utama Delaware dan pernah bertugas militer ke Irak, terkena tumor otak (2010).
Awalnya Beau dirawat di rumah sakit militer di Delaware. Karena parah maka dipindahkan ke RS di Philadelphia. Terakhir di pusat kanker MD Anderson di Houston, TX.
Hal yang menyedihkan santunan asuransi Beau sudah habis. Artinya: biaya perawatan mesti ditanggung sendiri. Naluri kebapakannya mendorong Joe untuk menjual aset rumahnya. Niat itu disampai kepada boss nya yang sekaligus menjadi sahabatnya, Barrack.
Barrack sangat menghargai niat baik Joe untuk menyelamatkan anak kesayangannya. Namun Barrack tidak setuju dengan ide jual rumah. Dia rela meminjamkan tabungannya demi menutup tekanan finansial yang dialami sahabatnya.
Dari pengalaman pribadinya itulah muncul ide asuransi kesehatan yang dikenal dengan nama Obamacare. Asuransi ini tersedia bagi semua orang dan tidak bisa menolak siapa pun terlepas dari kondisi awalnya.
Karena kambuh kembali, Beau dilarikan ke RS Walter Reed Military Medical Center di Bethesda (2015). Sepuluh hari kemudian Beau meninggal. Misa requiem diadakan di gereja St. Antonius dari Padua, Wilmington, DE.
2016: sebenarnya banyak orang dari partai Demokrat yang menghendaki Biden untuk ikut pemilihan presiden bersama calon lain mewakili partai, termasuk Hillary Clinton. Namun Joe menolak dengan alasan masih berduka. Namun sesungguhnya Joe berpikir bahwa waktunya sudah berakhir, dan dia menghendaki mundur dari arena politik.
2018: namun niat dan rasa tanggung jawab untuk memimpin Amerika bangkit kembali ketika melihat musibah orang-orang dari kelompok white supramacists pawai membawa obor sembari memerikan slogan yang sarat dengan rasialisme. Ketimpangan inilah yang mendorongnya untuk maju dalam pemilihan presiden tahun 2020.
Pada awal babak penyisihan kandidat presiden 2020 dari partai Demokrat total ada 29 orang, 6 di antaranya wanita. Terbanyak daripada pemilihan sebelumnya. Karena jumlah kandidat yang berlimpah maka awal-awal debat dibagi dalam dua sesi.
Biden hampir saja menghentikan pencalonannya karena sulit mendapatkan dukungan suara maupun finansial dari para sponsor. Biden sebenarnya bukan calon favorit ketika ada pemilihan primer di Iowa dan New Hamsphire.
Satu-satunya harapan baginya adalah South Carolina karena di situlah mayoritas pendukung dari orang hitam. Bagi mereka, Biden bukan orang asing. Kalau Obama yang begitu cemerlang saja angkat topi terhadap Biden, maka itu berarti dia adalah orang yang pantas dipercaya.
Pada April 2020, Biden keluar sebagai satu-satunya calon presumtif dari Demokrat setelah Bernie Sanders mengundurkan diri. Juni 2020, Biden resmi menjadi calon presiden setelah melampaui ambang 1991 delegasi. Dua bulan sesudahnya, tepatnya pada Agustus 2020, Biden memilih Kamala Harris, senator dari California, mantan pesaing dalam awal pemilihan primer Demokrat.
Ketokohan Biden muncul di tengah dunia dilanda mewabahnya pandemi Covid, melambungnya pengangguran tinggi dan merebaknya persoalan rasial. Kontras kepribadian dan pilihan pendekatan akan solusi masalah Biden dengan pesaingnya, Presiden Trump, semakin membuat pencalonannya melejit.
Branding yang dibawakan Biden-Kamala di antaranya:
Branding pemimpin yang berhasil:
- Bersikap rendah hati dan mau mendengarkan rakyat kecil
- Bersikap adil: terutama dalam hal perpajakan – yang kaya sudah sepatutnya mendukung yang kurang beruntung
- Mengikuti petunjuk dokter dan para ahli kesehatan masyarakat terutama di masa pandemi untuk memerangi wabah Covid. Mengenakan masker, jaga jarak, cuci tangan.
- Menjadi tokoh pemersatu: bangga menjadi kandidat partai Demokrat tapi bila menang menjadi pemimpin yang mengayomi semua pihak, termasuk mereka yang tidak memilih
- Menanamkan kesadaran bahwa Amerika adalah bagian dari masyarakat yang lebih luas – ikut bertanggung jawab terhadap masalah dunia
- Punya program kreatif yang siap menyongsong masa depan – menumbuhkan lapangan kerja untuk enerji yang terbarukan yang notabene lebih bersih dan murah.
Dibandingkan pemilihan presiden sebelumnya, pemilihan 2020 diikuti oleh pemilih yang luar biasa jumlahnya. Total pemilih kali ini mencapai 150 juta. Seratus juta di antaranya dilakukan dalam pemilihan dini, termasuk 70 juta di antaranya dikirimkan melalui pos atau dropbox.
Pada tanggal 7 November 2020, Biden-Kamala berhasil ke luar sebagai pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Amerika Serikat 2010, setelah perhitungan alot sejak Selasa lalu, akhirnya berhasil melewati ambang perolehan 270 suara elektoral. Pennsylvania (20) merupakan negara bagian penentu dari kemenangannya.
Berikut pidato kemenangan Biden yang dilakukan pada malam harinya di kota tempat tinggalnya, Wilmington, DE.
“Amerika telah bersuara. Marilah kita menjadi bangsa yang kita tahu kita bisa. Sudah saatnya kita untuk mendinginkan suasana. Bangsa Amerika menghendaki kita untuk saling menjalin kerjasama. Saya berjanji untuk menjadi presiden yang mempersatukan bangsa. Saya akan melayani segenap rakyat, baik yang memilih maupun yang tidak memilihku. Bagiku tidak ada merah atau biru sebab kita adalah Amerika Serikat. Kita punya peluang untuk mengakhiri keputusasaan. Mari kita hentikan sikap saling memusuhi sebab kita adalah sesama anak bangsa. Kita mesti mengembalikan jiwa bangsa. Inilah saatnya untuk saling menyembuhkan Amerika. Menyudahi era demonisasi.”(Effendi)