Jppos.id, Lampung Timur – Desa Karang Anyar, Kecamatan Labuhan Maringgai, tenggelam dalam duka mendalam. Ngadikin (64) dan cucunya yang penuh kasih, Dhea Fernanda (17), ditemukan tak bernyawa di dasar sungai pada Senin malam, 20 Januari 2025. Kejadian tragis ini terjadi saat mereka merumput untuk pakan sapi kesayangan keluarga.
Dhea, seorang siswa kelas 11 MA Darul Istiqomah, dikenal sebagai pemuda yg baik dan penuh bakti kepada keluarganya. Siang itu, ia berpamitan kepada ayahnya untuk membantu sang kakek mencari rumput. Meski sempat dilarang karena kondisi sungai yang sedang banjir, Dhea tetap memaksa. “Dia bilang ingin bantu kakeknya, seperti biasa,” kenang Herry, ayah Nanda, sambil terisak.
Ketika senja mulai turun, kekhawatiran melanda keluarga karena keduanya tak juga pulang. Setelah Maghrib, warga desa bergerak bersama mencari di sekitar sungai. Motor dan perahu yang biasa mereka gunakan ditemukan di tepi sungai. Namun, tak ada tanda keberadaan keduanya.
Banjir yang menggenangi sungai memperumit pencarian. Dengan bantuan warga setempat, tubuh Nanda ditemukan terlebih dahulu, terperangkap di dasar sungai berlumpur sedalam tiga meter. Tak lama berselang, jasad Ngadikin ditemukan di lokasi yang sama.
Tangis pecah saat Herry memeluk tubuh anaknya yang tak lagi bernyawa. “Nanda anak yang baik. Dia selalu ingin membantu. Tapi kali ini, aku tidak bisa menyelamatkannya,” ucap Herry dalam derai air mata.
Bagi warga Karang Anyar, Ngadikin dan Nanda adalah gambaran kasih sayang yang tulus. Cucu yang setia menemani kakeknya hingga akhir hayatnya, kini pergi bersama dalam pelukan takdir.
Semoga cinta mereka yang tak terpisahkan menjadi kenangan abadi yang menguatkan keluarga yang ditinggalkan. Selamat jalan, Ngadikin dan Nanda. Tuhan telah mempersatukan kalian dalam keabadian.
Pewarta: Spyn