jppos.id, Jakarta – Perayaan Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berlangsung semarak. Pagi ini, mengunakan busana adat Jawa dengan kebaya berbahan beludru berwarna merah marun, Sekretaris Jenderal (Sesjen), Suharti mengajak semua pihak untuk memaknai kemerdekaan bangsa dengan meresapi nilai-nilai perjuangan melalui semangat gotong royong.
“Pada hari yang baik ini, saya ingin mengajak kita semua untuk mengingat salah satu pelajaran paling bermakna dalam perjalanan bangsa dan negara Indonesia, bahwa tidak akan ada kemerdekaan tanpa perjuangan yang dilakukan dengan bergotong royong,” tuturnya di Kantor Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, Sabtu (17/8).
Suharti melanjutkan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah buah dari gerakan menuju satu cita-cita bersama. Begitupun dengan cita-cita untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan, harus diperjuangkan bersama-sama dengan semangat gotong royong.
Dalam lima tahun terakhir ini, semua pihak telah berjuang dalam gerakan Merdeka Belajar. “Saya katakan ini sebuah perjuangan karena memang jalan yang kita tempuh tidaklah mudah. Kita melakukan perubahan besar dalam banyak hal, mulai dari sistem, cara kerja, sampai pola pikir. Berbagai tantangan dan kesulitan kita hadapi bersama dan buah manis dari perjuangan itu juga kita rasakan bersama sekarang,” terangnya.
Para pelajar kini mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan potensinya dengan Kurikulum Merdeka yang mulai tahun ini diimplementasikan sebagai Kurikulum Nasional. Jutaan lulusan perguruan tinggi telah mendapat peluang pekerjaan yang lebih baik karena pengalamannya mengikuti program Kampus Merdeka.
Komitmen untuk terus berdiri di sisi para guru juga telah terwujud dengan diangkatnya ratusan ribu guru honorer menjadi Apartur Sipil Negara Pengawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK). Begitu juga dengan Pendidikan Guru Penggerak yang berfokus pada peningkatan kepemimpinan guru kini telah melahirkan ratusan ribu pendidik, kepala sekolah, dan pengawas sekolah yang berani menciptakan perubahan bermakna. Semua ini didukung dengan transformasi digital terbesar dalam sejarah Indonesia, yang telah melahirkan banyak terobosan yang membantu guru dan kepala sekolah menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada murid.
Ekosistem kebudayaan pun semakin berkembang berkat dukungan kepada individu dan komunitas di bidang kesenian serta bahasa dan sastra. Di dalam negeri, semangat berkarya semakin bergeliat, dan di luar negeri mana Indonesia semakin diperhitungkan. Hal itu tampak salah satunya dari pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi konferensi UNESCO pada tahun lalu. Dan masih banyak lagi capaian-capaian membanggakan yang telah diraih bersama dalam lima tahun terakhir.
“Kita semua patut bangga. Ini adalah hasil dari perjuangan kita. Hasil dari langkah-langkah berani yang sudah kita ambil. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih banyak kepada seluruh penggerak dan pejuang Merdeka Belajar dari Sabang sampai Merauke. Pada Ibu Bapak guru dan dosen, orang tua, para seniman dan pelaku budaya, juga adik-adik pelajar dan mahasiswa,” ucapnya.
Sebelum menutup, Suharti mengingatkan bahwa Gerakan Merdeka Belajar barulah titik awal dan masih jauh dari kata sempurna. Layaknya pesan Bung Karno maka seluruh ekosistem pendidikan dan kebudayaan harus terus mengisi kemerdekaan Indonesia.
“Mari kita terus melanjutkan perjuangan untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan Indonesia. Kita belum sampai di garis finis dan perjalanan ke depan tentunya masih akan ada banyak tantangan. Untuk itu, mari kita terus kuatkan tekad dan langkah perjuangan kita untuk membawa Indonesia melompat ke masa depan,” tutupnya.
Ridwan.