Jppos.id || Pati – Hampir setahun terakhir jalan Nasional Pantura penghubung Pati-Rembang, terjadi kemacetan panjang mencapai 23 km. Terpantau kemacetan mengular sepanjang Batangan hingga sebelah timur lampu Bangjo Lingkar Tanjang Pati Selatan.
Riyanta, S.H anggota DPR-RI Dapil Jateng III terpaksa turun ke jalan bantu Kasat Lantas Asfauri dalam mengurai kemacetan, 03/03/23.
Menurut Riyanta, S.H. Ketua Umum Gerakan Jalan Lurus (GJL) hal ini terjadi akibat beberapa faktor, antara lain adalah kerusakan jalan dan terdapat banyak lobang yang cukup dalam hingga 20 cm.
“Beberapa hal penyebab kemacetan ini yang saya amati, pertama karena kerusakan jalan Nasional ini yang cukup parah, ini mungkin dalam pengerjaannya kurang memperhatikan unsur tanah yang lembek dan kwalitas kontruksi yang tidak sesuai SNI, ini bisa terjadi karena penerima tender itu tidak dikerjakan sendiri tapi menggunakan Subkon, dari Subkon sendiri kemudian diambil oleh Bas Borong, secara umum sampai ke Bas Borong ini tinggal 60% dari nilai lelang, sedangkan pemenang lelang itu sendiri biasanya dimenangkan dengan penurunan penawaran lelang mencapai 20 persen dari PAGU anggaran, lha ini sangat berpengaruh terhadap kwalitas proyek”, beber Riyanta dengan nada menyayangkan kwalitas kontruksi jalan.
Dalam proyek seperti ini mestinya fungsi pengawas sangat berperan. Hanya saja, biasanya pengawasannya lemah.
“Pengawas datang dikasih uang mingguan atau prosentase dari nilai kontrak, praktis pengawas tidak berfungsi, yang akibatnya berpengaruh pada kwalitas kontruksi yang tidak sesuai spek teknis, makanya perlu dilakukan uji teknis dan kwalitas pekerjaan beton di laboratorium kontruksi, apakah sudah sesuai syarat di kontrak, jika tidak sesuai dipidanakan, biar menjadi efek jera”, tandas Riyanta.
Pasalnya, tak hanya waktu, tenaga dan biaya hidup di jalan yang membengkak, beberapa kebutuhan pokok yang diangkut terdapat bahan makanan yang mudah busuk dimakan waktu. Selain itu juga terdapat beberapa truk atau L 300 yang mengangkut ayam potong. Tentunya banyak kerugian diderita sebab selain terjadi penurunan berat badan ayam juga ditemukan banyak ayam yang mati di tengah perjalanan.
Mereka mengaku telah terjebak hampir 12 jam, yakni dari pukul 24.00 hingga pukul 12.00 WIB dini hari.
“Waduuuh, kami capek, ngantuk, lapar maaas, kami gak bisa bergerak, habis solar habis uang makan, terimakasih mas atas kepeduliannya”, tutur salah seorang sopir dengan wajah letih.
Riyanta menambahkan, bahwa proyek pengerjaan jembatan Juwana yang tak kunjung selesai sampai hari ini, menjadi pemicu utama kemacetan yang mengakibatkan kerugian besar para pengguna jalan, utamanya mereka yang berprofesi sebagai pengemudi tronton dan Fuso ekspedisi yang menjual jasa antar barang antar kota dan provinsi.(Atto/Tim)