Perayaan Tradisi Yaqowiyu Tahun 2020 Dilaksanakan Sangat Sederhana Dengan Menerapkan Protokol Kesehatan

JPPOS.ID_KLATEN — Perayaan sebaran apem sebagai Tradisi Yaqowiyu di Kecamatan Jatinom, berlangsung secara tertutup, dan sederhana walaupun tanpa dihadiri ribuan masyarakat dari berbagai daerah. Meskipun tidak di adakan acara tersebut, tradisi sebaran apem tetap berjalan dan tetap menerapkan standar protokol Kesehatan. Jumat (02/10/20).

Dalam perayaan sedekah apem kali ini dihadiri oleh Pjs. Bupati Klaten, Sujarwanto Dwiatmoko, Wakapolres Klaten Kompol Adi Nugroho, Plt. Kepala Dinas Pariwisata Budaya dan Olahraga, Sri Nugroho, serta forkopimcam Jatinom.

Sementara dalam upacara ritual doa tahlil dan dzikir yang dilakukan di dalam komplek makam Ki Ageng Gribig, dipimpin oleh H. Jamalludin dan diikuti oleh Pjs Bupati Klaten, Wakapolres Klaten, jamaah tahlil dan para santri masjid Gede Jatinom.

Disebutkan dalam hikayat, pada suatu waktu Ki Ageng Gribig sedang melakukan ibadah haji di Mekkah. Beliau tertarik dengan sebuah kue yang menjadi makanan favorit warga kota Makkah yang terbuat dari tepung terigu pada saat itu. Kemudian Ki Ageng Gribig membawa pulang beberapa kue tersebut sebagai oleh-oleh untuk para santrinya. Dipercaya oleh warga setempat, perjalanan antara Makkah sampai Jatinom, oleh Ki Ageng Gribig hanya memerlukan waktu semalam sehingga kue yang dibawanya tidak basi dan masih enak dimakan oleh para santrinya. Saking enaknya kue tersebut, sehingga para santrinya kemudian membuat sendiri kue tersebut. Karena budaya masyarakat di Jawa saat itu hanya mengenal budaya tanam padi, maka saat pembuatan kue tersebut dimodifikasi dengan tepung beras bukannya terigu. Sehingga jadilah kue yang mirip dengan kue dari dari Arab, namun terbuat dari tepung beras yang sampai sekarang kita sebut kue “Apem”.

Kue apem yang dibuat oleh warga masyarakat di sekitar pesantren Ki Ageng Gribig dikumpulkan di masjid pesantren, kemudian di doakan oleh para Santri, setelah itu dibagikan kepada warga masyarakat kurang mampu di sekitar pesantren. Ada warga yang menerima pembagian kue tersebut kemudian menanamnya di pojok pojok sawah yang ditanami padi. Sehingga tanaman padi di sawahnya menjadi subur dan hasil panen berlimpah. Kisah petani yang panen berlimpah itu cepat sekali beredar dari mulut ke mulut, sehingga dalam setiap perayaan Yaqowiyu (sedekah apem) masyarakat dari berbagai penjuru kota berdatangan di Jatinom. Sedekah apem yang semula hanya terbatas diberikan kepada warga sekitar, dan dilakukan di halaman masjid, kemudian dilakukan di sebuah oro-oro yang luas dengan dihadiri warga masyarakat yang berjubel dari berbagai kota. Dan pembagian kue apem pun tidak lagi diberikan langsung, tetapi dengan cara disebar dari panggung yang tinggi.

Hal ini berlangsung selama ratusan tahun sampai di tahun 2020 ini, perayaan sedekah apem itu kembali ke bentuk semula yaitu, pembagian kue apem dilakukan secara langsung, tidak disebar sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Ritual perayaan Yaaqawiyyu adalah, sebuah acara Perayaan religius tradisional warga masyarakat Jatinom untuk mengenang leluhur mereka yaitu, Ki Ageng Gribig yang hidup sekitar 403 tahun yang lalu. Ki Ageng Gribig oleh warga masyarakat Jatinom, dipercaya sebagai salah satu dari wali yang ikut menyebarkan agama Islam di wilayah Jatinom dan sekitarnya. (Jppos Giri).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *