JPPOS.ID,Jakarta – Sutradara Roy Wijaya, kembali menduetkan artis pendatang baru dr. Debby Veronika Abineno dalam Film Fighters For Justice bersama peran utama Herry Battileo.
Selain dr. Debby, Film itu juga akan di bintangi beberapa aktor kawakan seperti Jimmy Gideon, Denny Ouw dan M. Irvan (Ipang). Dr. Debby Veronika Abineno adalah wanita kelahiran Nusa Tenggara Timur yang berdarah Timor Leste dan Rote Bugis.
Menurut Roy Wijaya, keterpilihan dr. Debby ini, karena sama dengan profesinya sebagai dokter di masyarakat dan film ini tantangan buat dr. Debby yang harus memerankan karakter aslinya, bagaimana menghadapi mafia peradilan dalam hal kesehatan yang berdampak buruk bagi masyarakat.
“Pelayanan kesehatan belum bisa dipersembahkan kepada rakyat secara adil dan merata. Masih banyak masyarakat berobat sebagaimana mestinya, meski banyak berbagai kartu yang di kelyarkan pemerintah, tapi tetep saja fasilitas kesehatan masyarakat, banyak yang tidak menikmatinya,” ungkap Roy di Jakarta, 14 Des 2020.
Bahkan kata Roy, generasi muda tidak mampu melanjutkan pendidikan bukan akibat kurang cerdas namun sekedar akibat tidak mampu membayar uang seragam, uang gedung, uang buku, uang wisata berkedok studi atau membeli gadget untuk dapat mengikuti pendidikan secara online.
“Rintihan bahkan jeritan amanat penderitaan rakyat masih menggema di berbagai penjuru Nusantara setelah 75 tahun lebih Indonesia merdeka,” tandasnya.
Dengan Film ini, Roy berharap ada target sasaran pembangunan Indonesia yang difokuskan pada perjuangan bersama untuk konsisten mewujudkan makna adiluhur yang terkandung di dalam sila terakhir Pancasila yaitu Keadilan Untuk Seluruh Rakyat Indonesia menjadi kenyataan.
Maka peran dr Debby, kata Roy sangat penting, karena akan disandingkan untuk beradegan dengan Herry Battileo yang akan berperan sebagai Pengacara yang sangat peduli pada kaum miskin kota dan kaum papa.
Roy Mengatakan, Film ini Kesannya, kuasa atas hukum dan keadilan itu linier dengan kuasa modal. Siapa yang punya uang banyak, maka ia bisa membeli keadilan. karena instrumen keadilan tersebut adalah subjek yang telah menjadi komoditi bisnis sejak lama. Sehingga wajar yang salah bisa menjadi tidak bersalah, sementara yang tidak bersalah bisa jadi bersalah.
“Sedangkan Kemiskinan, kekurangan, ketidakberdayaan sepertinya dianggap tidak layak bersaing di dunia ini. Alih-alih hidup berdampingan dengan mereka yang menggenggam sumber penghidupan. Karena kemiskinan, kekurangan serta ketidakberdayaan pada faktanya selalu jadi korban,” pungkasnya. (Effendi)