JPPOS.ID,JAKARTA_Indonesia saat ini merupakan negara yang memiliki peringkat sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas, tentunya membuat segala aspek kehidupan memerlukan adanya transformasi, tak terkecuali dengan transformasi ekonomi. Transformasi ekonomi harus sudah dimulai pada jangka waktu 2020 -2024, hal ini untuk menguatkan pondasi menuju visi Indonesia Maju 2045.
Indonesia Maju 2045 menghendaki Indonesia memiliki GDP per kapita sebesar USD 23,199. Dengan begitu Indonesia dapat masuk ke dalam 5 negara yang memiliki rangkin GDP terbesar di dunia.
Transformasi ekonomi di Indonesia sendiri sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMN 2020 – 2024 yakni dengan melakukan ekonomi hijau. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas sebagai perencana pembangunan negara akan memastikan bahwa kebijakan rendah karbon tetap menjadi agenda prioritas dalam rencana pemulihan ekonomi dan menjadi cara untuk mengubah perekonomian kita menuju ekonomi rendah karbon.
Membangun ekonomi rendah karbon menjadi proyek prioritas nomor 3 dengan target penurunan emisi karbon di tahun 2024 menjadi 13,2%. Indonesia juga telah berapartisipasi dalam Paris Agreement dimana Indonesia akan berkontribusi dalam mereduksi Green House Gasses (GHG) menjadi 29% di tahun 2030.
Penggunaan energi di muka bumi menjadi kontributor utama dalam menghasilkan emisi karbon. Tercatat di tahun 2010 produksi energi mencapai 453,2 juta ton Co2e dari GHG. Jika terus dibiarkan pada tahun 2030 nanti produksi energi akan meningkat menjadi 1.669 juta ton Co2e dari GHG.
Kondisi ini dapat diubah dengan menerapkan kebijakan rendah karbon, dimana pada tahun 2030 nanti hanya akan meghasilkan 1.355 juta ton Co2e. Artinya, emisi karbon yang akan tereduksi sebesar 314 juta ton Co2e.
Untuk mewujudkan semua itu, Pemerintah tengah mengupayakan untuk mendorong adanya transisi energi melalui pengembangan energi terbarukan dan efisiensi energi.
Peralihan energi dari bahan bakar fosil menjadi energi terbarukan menjadi kunci strategi pengembangan energi di negeri ini dan juga dunia. Maka peralihan energi sangat dibutuhkan guna mengeliminasi penggunaan bahan bakar fosil dan memenuhi kebutuhan energi bersih. Tergetnya di tahun 2025 nanti, rasio penggunaan energi terbarukan mencapai 23 persen dari total pokok bauran energi. Kemudian di tahun 2050 nanti target penggunaan energi terbarukan dapat mencapai 31%.
Program peralihan energi dari bahan bakar fosil menjadi energi terbarukan misalnya dengan mengganti LPG dengan jaringan pipa gas, pencampuran bahan bakar fosil dengan bio resources, dan membatasi produksi batubara.
Tentunya kebijakan ini hanya akan tercapai dengan kerjasama antar pemangku kepentingan melalui dukungan infrastruktur, regulasi, dan pendanaan. Semoga langkah kita untuk menjadikan Indonesia menjadi penyumbang energi bersih di dunia dapat tercapai.(Effendi)