Kaum Muda Lebih Fleksibel Penambahan Covid-19, Susah Untuk Sadar Laksanakan Prokes

JPPOS.ID – Medan – Kinerja Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Kota Medan sudah berjalan cukup baik dan menampakkan titik terang. Begitupun belum sempurna. Hal ini ditandai dengan banyaknya pasien sembuh dan masyarakat mulai sadar akan bahaya virus ini Corona.

“Sudah banyak penurunan kasus Covid 19 di Medan, dan tingkat kesembuhan itu semakin lama semakin meningkat. Berarti, kerja yang selama ini dilakukan sudah berjalan cukup baik dan sudah menampakkan titik terang, namun belum sempurna. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat sudah mulai sadar akan bahaya virus ini,” ujar Juru Bicara GTPP Covid-19 Medan dr Mardohar Tambunan M.Kes saat konferensi pers di Posko Satgas Covid 19 Medan, Jumat (6/11/2020).

Hingga saat ini konfirmasi Covid-19 Kota Medan mencapai 6.953 orang. Sementara itu, untuk pasien yang telah sembuh dari Covid 19 sebanyak 5.329 orang dengan penambahan per Kamis (5/11) sebanyak 45 orang, yang meninggal 303 orang serta dirawat sebanyak 1.321 orang.

Dikatakan Mardohar, berdasarkan data dari rumah sakit yang ada di Kota Medan, saat ini sudah mulai tersedianya kamar inap yang kosong. Bahkan, saat ini jumlah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang banyak.

“Penambahan kasus Covid 19 malah kebanyakan bukan dari kaum lansia, melainkan usia mulai dari 30-40 tahun. Itu biasanya berasal dari keimunan yang kuat, kemungkinan sanggup untuk melakukan isolasi mandiri, di rumah, ataupun yang sudah disediakan pemerintah pusat,” ungkap Mardohar.

Meskipun begitu, tambah Mardohar, semua orang tetap harus memperhatikan pola hidup sehat dan menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di masa pandemi Covid 19 saat ini. AKB yang harus kita terapkan adalah memakai masker saat beraktivitas di luar rumah, mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer dan menjaga jarak antara satu dengan yang lain.

“Kaum muda ini lebih fleksibel dalam beraktifitas dan cukup susah untuk sadar mengenai covid-19. Sebab, gaya hidup mereka yang terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain dan gemar beraktivitas di luar rumah seperti nongkrong di café. Namun, bukan saya menyalahkan cafenya, tapi pada perilakunya yang belum menerapkan AKB ini. Dulu, kita memfokuskan penanganan lansia, karena mereka yang rentan tertular akibat penyakit bawaan yang diderita sebagai contohnya diabetes dan penyakit jantung,” jelasnya. (RT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *